BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki generasi sehat dan kuat.
Pasca reformasi hingga kini, ternyata bangsa Indonesia belum mampu keluar dari dekadensi
moral dan krisis multidimensi. Hal ini dikarenakan makin melemahnya moralitas
manusia Indonesia hingga berlanjut pada degredasi moral yang berimbas pada
kurangnya kesadaran akan tanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Dari sini,
mari mulai menata dan memperbaiki sektor-sektor tersebut dan tentunya perlu
direkontruksi ulang adalah moralitas Human Resource-nya yaitu anak-anak bangsa
yang mana mereka adalah sebagai generasi muda yang akan meneruskan tongkat
estafet kepemimpinan negeri ini. Tentu saja dukungan dari semua komponen bangsa
sangat diperlukan guna menumbuhkan jiwa nasionalisme tanpa adanya saling curiga
antar sesama dalam berupaya dan perlu adanya kerjasama yang baik antara pihak
yang mempunyai kompetensi bagi pengembangan dan pemberdayaan sportivitas anak
bangsa sebagai pelopor penerus bangsa, guna mewujudkan generasi yang sehat dan
mampu menjawab serta segera keluar dari
krisis berkepanjangan. Pemuda sebagai generasi bangsa, tentunya membutuhkan wadah
untuk menyalurkan aspirasinya. Wadah ini perlu dikemas lebih baik agar
benar-benar mengarah pada kegiatan positif.
Adanya hambatan atau bakat pada pendidikan sejak dini sangat perlu untuk
dikontrol agar saat mereka beranjak dewasa bisa menunjukkan kemampuannya. Melalui taman kanak-kanak mereka
mendapat arahan dari guru.
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Pengertian
tersebut mengidentifikasikan kepada kita bahwa yang termasuk unsur-unsur
komunikasi adalah komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek.
Komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung amat
efektif, baik antara pengajar dengan pelajar maupun diantara para pelajar
sendiri sebab mekanismenya memungkinkan si pelajar terbiasa mengemukakan
pendapat secara argumentatif dan mengkaji dirinya, apakah yang telah
diketahuinya itu benar atau tidak. Agar jalannya komunikasi berkualitas, maka
diperlukan suatu pendekatan komunikasi yaitu; pendekatan secara ontologis (apa
itu komunikasi), tetapi juga secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya
komunikasi yang efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu
dilaksanakan).
Hal – hal penting yang perlu diperhatikan saat proses
informasi untuk komunikasi dalam pembelajaran, antara lain: (1) hal yang akan
disampaikan sampai kepada penerima tanpa ada pembiasan isi (subject = outcome),
(2) hal yang akan disampaikan setingkat dengan kemampuan siswa dalam menelaah
(tingkat intelegensi siswa, pengalaman-pengalaman yang pernah didapat), (3)
siswa terikat secara aktif dalam proses belajar dengan cara menghubungkan apa
yang mereka dapat sebelumnya dengan hal baru yang akan disampaikan, (4) siswa
diminta menunjukkan kemajuan sehingga pencapaiannya dapat dianalisis, umpan
balik mendapat respon sehingga terlihat jelas sukses dalam usahanya, dan (5)
siswa diberi waktu luang yang cukup untuk berlatih dengan kondisi beragam untuk
meyakinkan proses retensi dan tranfer yang sedang terjadi.
Ditinjau dari prosesnya pendidikan adalah komunikasi dalam
arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas
manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan.
Lazimnya pada tingkatan bawah dan menengah pengajar itu
disebut guru, sedangkan pelajar disebut dengan murid; pada tingkatan tinggi
pengajar dinamakan dengan dosen, sedangkan pelajar dinamakan dengan mahasiswa.
Pada tingkatan apapun proses komunikasi antara pelajar dan pengajar itu pada
hakekatnya sama saja. Perbedaannya hanyalah pada jenis pesan serta kualitas
yang disampaikan oleh si pengajar kepada di pelajar.
Tujuan pendidikan adalah khas atau khusus, yaitu
meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya.
Jelas perbedaannya dengan tujuan penerangan, propaganda, indoktrinasi dan
agitasi sebagaimana disinggung di atas. Tujuan pendidikan akan tercapai jika
prosesnya komunikatif. Pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana di
dalam kelas secara tatap muka (face to face). Karena kelompoknya relatif kecil.
Meskipun komunikasi antara pelajar dan pengajar dalam ruang kelas itu termasuk
komunikasi kelompok, sang pelajar sewaktu-waktu bisa mengubahnya menjadi
komunikasi antarpersona. Terjadilah komunikasi dua arah atau dialog di mana si
pelajar menjadi komunikan dan komunikator, demikian pula sang pengajar.
Terjadinya komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersikap
responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau
tidak diminta. Jika si pelajar pasif saja dalam arti kata hanya mendengarkan
tanpa ada gairah untuk mengekspresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, maka
meskipun komunikasi itu bersifat tatap muka, tetap saja berlangsung satu arah
dan komunikasi itu tidak efektif.
Berdasarkan berbagai latar belakang dan pernyataan diatas,
komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat dengan efektifitas dan efisiensi
dalam kegiatan belajar mengajar antara seorang guru dengan siswanya. Karena
itulah, kelompok kami memilih untuk membahas “ Penerapan Komunikasi yang
Efektif dalam Kegiatan Pembelajaran “.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka muncul beberapa masalah yang dapat kami
rumuskan sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud
dengan proses belajar mengajar sebagai proses komunikasi?
2.
Bagaiamana menerapkan
komunikasi yang efektif untuk kelancaran proses pembelajaran ?
3.
Teori komunikasi apa
saja yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran ?
4.
Bagaimana implementasi
teori komunikasi dalam kegiatan belajar di sekolah ?
5. Bagaimana
komunikasi di TK Gow antar guru dan murid?
6. Apakah
hambatan yang dialami pada TK tersebut?
7. Bagaimana
situasi yang ada disana?
8. Bagaimana
cara guru untuk memberi informasi bagi siswa?
C.
Tujuan
Observasi
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang
telah dirumuskan diatas, maka beberapa tujuan yang ingin kami capai setelah
observasi dan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Kita bisa memahami
pengertian komunikasi dalam pembelajaran.
2.
Mampu menerapkan
komunikasi yang efektif unuk kelancaran
proses pembelajaran.
3.
Kita mampu menjelaskan
dan memahami teori-teori komunikasi apa
saja yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
4.
Mampu menerapak
teori-teori tersebut dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
5. Mengetahui
potensi atau kemampuan anak usian dini.
6. Mengetahui
dan mengamati bagaimana cara komunikasi antara guru dengan murid.
7. Mengamati
apa yang dilakukan siswa saat berinteraksi dengan guru dan temannya.
BAB
II
KAJIAN
TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Definisi Komunikasi
Ditinjau dari etimologi, komunikasi berasal dari kata
communicare yang berarti “membuat sama”. Definisi kontemporer menyatakan bahwa
komunikasi berarti “mengirim pesan”. Menurut (Effendy. 2003: 9) istilah
komunikasi (communication) berasal dari kata latin communication, dan bersumber
dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama
makna. Berbicara mengenai definisi komunikasi tidak ada definisi yang
salah dan benar secara absolute.
Namun definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi
merujuk pada kalimat “mendiskusikan makna”, ”mengirim pesan” dan ”penyampaian
pesan lewat media”. Apapun istilah yang dipakai, secara umum komunikasi
mengandung pengertian “memberikan informasi, pesan, atau gagasan pada orang
lain dengan maksud agar orang lain tersebut memiliki kesamaan informasi, pesan
atau gagasan dengan pengirim pesan.
B. Konsep Komunikasi
Konsep komunikasi menurut John R. Wenburg, William W.
Wilmoth dan Kenneth K Sereno dan Edward M Bodaken terbentuk menjadi 3 tipe:
pertama, searah: pemahaman ini bermula dari pemahaman komunikasi yang
berorientasi sumber yaitu semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan
seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon penerima.
Kedua, interaksi: pandangan ini menganggap komunikasi sebagi
proses sebab-akibat, aksi-reaksi yang arahannya bergantian. Ketiga, transaksi:
konsep ini tidak hanya membatasi unsur sengaja atau tidak sengaja, adanya
respon teramati atau tidak teramati namun juga seluruh transaksi perilaku saat
berlangsungnya komunikasi yang lebih cenderung pada komunikasi berorientasi
penerima. Saat dosen memberi kuliah, komunikasi bukan saja berdasarkan fakta
bahwa mahasiswa menafsirkan isi kuliah tetapi juga dosen menafsirkan perilaku
anggukan atau kerutan kening mahasiswa.
Jadi,
kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna
mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam
percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan,
mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa
itu. Jelas bahwa percakapan antara kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif
apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti
makna dari bahan yang dipercakapkan.
C. Unsur-unsur komunikasi
1. Komuniakator
(communicator)
Yaitu memberi berita,
yang dalam hal ini adalah orang yang berbicara,pengirim berita atau orang yang
memberitakan.
2. Menyampaikan
berita,
Dalam hal ini dapat
dilakukan dengan cara mengatakan, mengirim atau menyiarkan.
3. Berita
Berita yang disampaikan
(message), dapat dalam bentuk perintah, laporan, atau saran.
3. Komunikan
(communicate)
Yaitu orang yang
dituju, pihak penjawab atau para pengunjung. Dengan kata lain orang yang
menerima berita.
4. Tanggapan
atau reaksi (response), dalam bentuk jawaban atau reaksi. Kelima unsure
komunikasi tersebut (Komuniakator, Menyampaikan berita, Berita-berita yang
disampaikan, Komunikan dan Tanggapan atau reaksi) merupakan kesatuan yang utuh
dan bulat, dalam arti apabila satu unsure tidak ada, maka komunikasi tidak akan
terjadi.
D. Bentuk-bentuk komunikasi
a)
Komunikasi verbal
Yaitu salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan
untuk menyampaikan pesan kepada pihak lain baik secara tertulis maupun pesan.
ü Hasil Observasi:
Berdasarkan observasi dan pengamatan yang kami lakukan. Komunikasi verbal
yang kami temukan adalah komunikasi yang dilakukan antara guru dan murid.
Dimana komunikasi tersebut termasuk komunikasi secara tertulis. Karena seorang
guru yang menyampaikan materi secara tertulis di papan tulis.
b)
Komunikasi non verbal
Komunikasi yang menggunakan bahasa tubuh seperti menggunkan
gerakan tangan/tubuh sebagai isyarat suatu perbuatan yang mempunyai arti pesan
dalam konteks komunikasi. Mengekspresikan pesan dalam komunikasi dalam bentuk
gambar, menggunakan bahasa sikap yaitu bahasa yang digunakan untuk menyampaikan
pesan/ mengekspresikan pikiran, perasaan seperti bungkam, tak acuh.
ü Hasil Observasi :
Berdasarkan pengamatan kami di beberapa kelas di TK Mardi
Rahayu / GOW.
Komunikasi verbal juga beberapa kali kami temui, diantaranya : ketika ada
beberapa murid yang sedang ramai dan gaduh, guru tersebut kemudian diam dan
memanggil nama murid yang bersangkutan sambil menggelengkan kepala. Yang berarti guru tersebut sedang
marah.
E. Jenis komunikasi :
a) Komunikasi individu
Komunikasi yang terjadi dalam diri individu yang berfungsi
untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahmai dan mengendalikan diri
serta meningkatkan kematangan berpikir sebelum mengambil keputusan.
b)
Komunikasi interpersonal
Komunikasi
interpersonal
adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri
komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal
secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang
individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi
dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan.
Komunikasi intrapersonal dapat
menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri
pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness)
terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator.
Untuk memahami apa yang terjadi
ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri
mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi.
Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan
pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi
intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi
diantaranya adalah; berdo’a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau
perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan
berimajinasi secara kreatif.
Pemahaman diri pribadi ini
berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita
tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita
selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri
pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness)
memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu
(Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses
menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang
berbeda beda (multiple selves).
c)
Komunikasi kelompok
Menurut Anwar Arifin komunikasi kelompok adalah komunikasi
yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti
dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael
Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi
secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang
mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota
yang lain secara tepat.
Dari dua definisi di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk
mencapai tujuan kelompok.
Menurut Dedy Mulyana kelompok adalah sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,
atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Pada
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi, karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Sehingga komunikasi kelompok adalah Interaksi tatap muka
antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui seperti
berbagai informasi, pemecahan masalah mana yang mana anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi anggota lain secara tepat.
ü Hasil Observasi :
Berdasarkan hasil observasi kami komunikasi kelompok sangat
banyak kami jumpai. Diantaranya ketika ada beberapa siswa yang sedang ngobrol
bersama. Ini merupakan suatu proses komunikasi kelompok. Karena mereka terdiri
dari lebih 1 orang dan dalam lingkup tertentu.
d) Komunikasi
massa
Merupakan tipe komunikasi manusia (human communication)
adalah komunikasi umum, pesan yang disampaikan tidak ditujukan pada satu orang
saja tapi juga bagi semua orang/ khalayak.
ü Hasil Observasi :
Untuk kegiatan komunikasi masa ini, jenis komunikasi ini
kami temukan ketika seorang guru sedang menjelaskan ataupun menyampaikan materi
kepada siswanya. Dan hal ini dikatakan sebagai komunikasi masa karena pesan
atau materi tidak hanya untuk satu siswa. Melainkan bagi seluruh siswa
dalam kelas.
e)
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi
organisasi,
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi
batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling
bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horisontal.
ü Hasil Observasi :
Menurut kami, komunikasi organisasi ini muncul dan ada
ketika ada beberapa guru ataupun karyawan lain yang berkumpul di dalam ruang
guru. Kemudian mereka membahas bagaimana kemajuan siswa dalam belajar dan apa
yang harus dilakukan untuk memajukan sekolah tersebut.
F. Tujuan komunikasi:
a. Menemukan
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penenmuan
diri (personal discovery). Dengan berkomunikasi kita dapat memahami
secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara.
Tetapi komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang
dipenuhi objek, peristiwa dan manusia lain.
b. Untuk berhubungan
Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi untuk
membina dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain.
c. Untuk meyakinkan
Media massa ada sebaigan besar untuk meyakinkan kita agar
mengubah sikap dan perilaku kita. Sedikit saja dari komunikasi pribadi kita
yang tidak berupa untuk mengubah sikap atau perilaku.
d. Untuk bermain
Kita menggunkan banyak perilaku komunikasi kota untuk
bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, film
sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku yang dirancang
untuk menghibur orang lain.
G. Prinsip komunikasi:
1) Prinsip
1 : Komunikasi adalah suatu proses
simbolik
2) Prinsip
2 : Setiap perilaku mempunyai potensi
komunikasi
3) Prinsip
3 : Komunikasi punya dimensi isi dan
hubungan
4) Prinsip
4 : Komunikasi itu berlangsung dalam
berbagai tingkat
kesengajaan
5) Prinsip
5 : Komunikasi terjadi dalam konteks
ruang dan waktu
6) Prinsip
6 : Komunikasi melibatkan prediksi
peserta komunikasi
7) Prinsip
7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
8) Prinsip
8 : Semakin mirip latar belakang
sosial budaya semakin
efektiflah komunikasi
9) Prinsip
9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial
10) Prinsip
10 : Komunikasi bersifat prosesual,
dinamis dan transaksional
11) Prinsip
11 : komunikasi bersifat irreversible
12) Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan
berbagai masalah
H. Hambatan-hambatan dalam
berkomunikasi
Pada sebuah
proses komunikasi yang terjadi terkadang kita juga akan mengalami banyak
hambatan dalam berkomunikasi. Beberapa Hambatan Komunikasi adalah :
a.
Hambatan sematik
Komunikasi yg disebabkan oleh fakor bahasa yg digunakan oleh para pelaku
komunikasi
b.
Hambatan mekanik
Komunikasi yang disebabkan oleh factor elektrik, mesin atau media lainnya
c. Hambatan antropologis Hambatan yg disebabkan
oleh perbedaan pada diri manusia
d. Hambatan psikologis Hambatan yg disebabkan
oleh factor kejiwaan .
I. Proses belajar mengajar
sebagai proses komunikasi
Proses
belajar mengajar dapat dikatakan proses komunikasi dimana terjadi proses
penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (guru, instruktur, media
pembelajaran dll) kepada penerima (peserta didik, murid) dengan tujuan agar
pesan (berupa topik-topik pelajaran tertentu) dapat diterima (menjadi milik)
oelh peserta didik/murid.
Guru
hendaknya menyadari bahwa didalam kegiatan belajar dan pembelajaran,
seungguhnya ia sedang melaksanakan kegiatan komunikasi. Untuk itu guru harus
memilih dan menggunakan kata-kata yang berada dalam jangkauan/medan pengalaman
murid-muridnya, agar dapat dimengerti dengan baik oleh mereka sehingga pesan
pembelajaran yang disampaikan dapat diterima oleh murid dengan baik.
Kegiatan
encoding dan decoding dalam proses pembelajaran. Encoding merupakan kegiatan
yang berkaitan dengan pemilihan lambang-lambang yang akan digunakan
dalam kegiatan komunikasi oleh komunikator (oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran). Sedangkan Decoding adalah kegiatan dalam komunikasi yang
dilaksanakan oleh penerima pesan (audience, murid) dimana penerima berusaha
menangkap makna pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang oleh
komunikator.
Agar
penyampaian pesan pembelajaran mencapai “sharing” yang diinginkan maka
dilakukan penyampaian dengan lebih konkret dan jelas, selain dengan memilih
lambang verbal yang berada dalam medan pengalaman murid. Misalnya menggunkaan
alat peraga dan media pembelajaran seperti chart, diagram, grafik, gambar diam
dll.
Media
pembelajaran dapat digunakan dalam 2 macam cara dalam proses belajar mengajar:
·
Sebagai alat peraga untuk menjelaskan materi pelajaran yang
disampaikan keapda murid-murid.
·
Pemanfaatan media pembelajaran sebagai saluran komunikasi
berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan pembelajaran terutama oleh
media belajar mandiri seperti modul, Computer Based Instruction (CAI).
J.
Komunikasi
yang efektif untuk kelancaran proses pembelajaran
Terkait
dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam
hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan
umpan balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran
harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki
oleh seorang guru.
Komunikasi
antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua
orang individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara
keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi
akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai
keterampilan komunikasi antar pribadi.
Dalam
kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan,
agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar.
Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung
dari kedua belah pihak. Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali
kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan
efektif terletak pada tangan pengajar. Keberhasilan pengajar dalam mengemban
tanggung jawab tersebut dipengaruhi oleh keterampilannya dalam melakukan
komunikasi ini.
Komunikasi
dalam bentuk diskusi dalam proses belajar mengajar berlangsung amat efektif,
hal ini disebabkan oleh dua hal:
a. materi yang didiskusikan meningkatkan
intelektualitas,
b. komunikasi dalam diskusi bersifat intracommunication
dan intercommunication.
Yang
dimaksud dengan intracommunication atau intrakomunikasi adalah komunikasi yang
terjadi pada diri seseorang. Ia berkomunikasi dengan dirinya sendiri sebagai
persiapan untuk melalukan intercommunication dengan orang lain.
Untuk
menyamakan makna antara guru/dosen dan siswa ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian:
1. Semua komponen dalam komunikasi pembelajaran
diusahakan dalam kondisi ideal/baik:
a. pesan
(message) harus jelas, sesuai dengan kurikulum, terstruktur secara jelas,
menarik dan sesuai dengan tingkat intelejensi siswa.
b.
Sumber/guru harus berkompetensi terhadap materi ajar, media yang digunakan,
mampu menyandikan dengan jelas, mampu menyampaikan tanpa pembiasan dan menarik
perhatian serta mampu membangkitkan motivasi diri dan siswa dalam proses
interaksi dan transaksi komunikasi.
c. penerima/siswa harus dalam kondisi yang
baik/sehat untuk tercapainya prasyarat pembelajaran yang baik.
d.
lingkungan (setting) mampu mendukung penuh proses komunikasi misalnya
pencahayaan, kenyamanan ruang dan sebagainya.
e. materi/media software dalam kondisi baik/tidak
rusak (sesuai dengan isi/pesan).
f. alat (device) tidak rusak sehingga tidak
membiaskan arti (audiovisual). Media yang menarik (dapat dilihat dan didengar)
akan memudahkan siswa dalam retensi dan pengingatan kembali pesan yang pernah
didapat.
g. teknik/prosedur penggunaan semua komponen
pembelajaran harus memiliki instruksi jelas dan terprogram dalam pengelolaan.
2. Proses encoding dan decoding tidak mengalami
pembiasan arti/makna.
3. Penganalogian harus dilakukan untuk membantu
membangkitkan pengertian baru dengan pengertian lama yang pernah mereka dapat.
4. Meminimalisasi
tingkat gangguan (barrier/noise) dalam proses komunikasi mulai dari proses penyandian
sumber (semantical), proses penyimbolan dalam software dan hardware
(mechanical) dan proses penafsiran penerima (psychological).
5. Feedback dan
respons harus ditingkatkan intensitasnya untuk mengukur efektifitas dan
efisiensi ketercapaian.
6. Pengulangan
(repetition) harus dilakukan secara kontinyu maupun progresif.
7. Evaluasi proses
dan hasil harus dilakukan untuk melihat kekurangan dan perbaikan.
8. Aspek pendukung
dalam komunikasi; fisik, psikologi, sosial dan waktu harus dibentuk dan diselaraskan
dengan kondisi komunikasi yang sedang berlangsung agar tidak menghambat proses
komunikasi pembelajaran.
Gambar 10.1 Seorang Guru yang Berusaha
Berkomunikasi Efektif
Untuk Kelancaran Pembelajaran
K.
Teori
komunikasi yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran
Beberapa
teori komunikasi yang bisa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah :
1.
Teori Humanisme
Kurikulum ini menekankan pada pembagian
pengawasan dan tanggungjawab bersama antar seluruh siswa didik. Humanistic
curiculum menekankan pada pola pikir, perasaan dan tingkah laku siswa dengan
menghubungkan materi yang diajarkan pada kebutuhan dasar dan kebutuhan hidup
siswa. Teori ini menganggap bahwa setiap siswa sebagai objek pembelajaran
memiliki alasan yang berbeda dalam mempelajari bahasa. Tujuan utama dari teori
ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah
masyarakat. The deepest goal or purpose is to develop the whole persons within
a human society. (McNeil,1977)
2.
Teori Konstruktvisme
Jean
Piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang selalu diasosiasikan dengan
kontruktivisme. Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi
mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk
mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa
pertama dan kedua.
3.
Teori
Sibernetika
Istilah sibernetika berasal dari bahasa
Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan tahun 1945
oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics. Sibernetika adalah
teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi)
antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari
sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan. Seiring perkembangan
teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun
1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang
pesat.
4.
Teori
Classical Conditioning (Pavlov dan
Watson)
Menurut
teori conditioning (Ivan Petrovich Pavlo:1849-1936), belajar adalah suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang
kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar
haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar
menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang
diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar yang terjadi secara otomatis.
5.
Teori Operant
Conditioning (Skinner)
Skinner
(1904-1990), menganggap reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan
belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol
tingkah laku. Pda teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi
sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant
conditioning. . Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku
operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang
sesuai keinginan.
6.
Teori Conectionism
(Thorndike)
Menurut
teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap organisme jika
dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya
coba-coba secara membabi buta jika dalam usaha mencoba-coba itu secara
kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan
yang kebetulan cocok itu kemudian “dipegangnya”. Karena latihan yang terus
menerus maka waktu yang dipergunakan antuk melakukan perbuatan yang cocok itu
makin lama makin efisien.
7.
Teori Systematic
Behavior (Hull)
Clark C Hull mengikuti jejak Thorndike
dalam usahanya mengembangkan teori belajar. Prinsip-prinsip yang digunakanya
mirip dengan apa yang dikemukakan oleh para behavioris yaitu dasar
stimulus-respon dan adanya reinforcement. Clark C. Hull mengemukakan teorinya,
yaitu bahwa suatu kebutuhan atau “keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan,
maksud, aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum
suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.
Dalam hal ini efisiensi belajar
tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang
menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respon-respon yang dibuat individu
itu.
Setiap obyek, kejadian atau situasi
dapat mempunyai nilai sebagai penguat apabila hal itu dihubungkan dengan
penurunan terhadap suatu keadaan deprivasi (kekurangan) pada diri individu itu;
yaitu jika obyek, kejadian atau situasi tadi dapat menjawab suatu kebutuhan
pada saat individu itu melakukan respon.
L. Implementasi teori
komunikasi dalam kegiatan belajar di sekolah
1.
Teori
Humanistic
Belajar adalah menekankan pentingnya isi
dari proses belajar yang tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai
aktualisasi diri. Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran guru lebih
mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Hal ini dapat diterapkan melalui
kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat
mengemukakan pendapatnya masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang
diajarkan.
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme
ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Orientasi yang mendukung saat ini adalah
lingkungan harus tidak mengancam baik secara psikologis, emosional dan fisikal.
Sementara banyak pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal yang penting, mereka
juga akan mengusung sebuah kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan murid untuk
berhadapan dengan pengharapan eksternal.
Contoh Kasus :
1. Kasus
1 (Kelas B-2)
Dalam
observasi yang kita lakukan di TK Mardi
Rahayu, sepertinya teori humanistic ini sudah diterapkan oleh
beberapa guru. Hal ini dibuktikan dengan observasi pertama yang kita lakukan di
kelas B-2 tersebut.
Guru tersebut berkeliling
untuk melihat apa yang dilakukan seluruh muridnya.
Berdasarkan teori
humanistic, guru
tersebut lebih memacu murid untuk meningkatkan semangat dengan memberikan
contoh materi berdasarkan lingkungan yang mereka lihat.
Gambar
12. 1 Menunjukkan seorang Guru yang
Aktif
2.
Teori Konstruktvisme
Pembelajaran harus dibangun secara aktif
oleh pembelajar itu sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain.
Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari pengalaman.
Namun demikian, dalam membangun
pengalaman siswa harus memiliki kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya,
menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen dan percakapan atau tanya jawab,
serta untuk mengamati dan membandingkan fenomena yang sedang diujikan dengan
aspek lain dalam kehidupan mereka.
Selain itu juga guru memainkan peranan
penting dalam mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh proses pembelajaran
serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.
Contoh kasus :
1. Kasus
1 (Kelas B-2)
Masih
dalam kelas yang sama, dalam kelas pertama yang kami observasi, hal ini sudah kami temui.
Dimana di kelas ini banyak anak yang
bertanya seperti “warnanya yang mana bu?”,”daunya atau awannya bu?”.
Karena pusat informasi hanya ada pada guru mereka yang ada di depan kelas. Guru
tersebut berusaha mencari informasi apa yang dimiliki siswa-siswanya.
2.
Teori Sibernetik
Teknologi
ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama
relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau
pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori
sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki
perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring
perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES =>
OUTPUT.
Contoh kasus :
1.
Kasus 1 (kelas B-1)
Dalam
observasi yang kami lakukan, teori ini kami jumpai pada kelas yang kedua. Yaitu
di kelas B-1.
Dimana kelas B-1
ini merupakan kelas yang sangat spesial. Kelas B-1 ini merupakan siswa-siswa yang
membutuhkan perhatian khusus dari para guru. Karena para siswanya hiperaktif tetapi kemampuan siswanya
yang pintar.
Dalam
kelas ini, kami melihat seorang guru yang dengan sabar menyamakan pendapat dari
beberapa siswa yang saling berargument. Disini seorang guru menghargai adanya
perbedaan dari beberapa muridnya. Tapi, pada akhirnya tetap menghasilkan output
yang sama.
3.
Teori Classical
Conditioning (Pavlov dan Watson)
Penganut
teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia. juga tidak lain adalah
hasil daripada conditioning. Yakni hasil daripada latihan-latihan atau
kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat/perangsang-perangsang
tertentu yang dialaminya di dalam kehidupannya.
Kelemahan
dari teori conditioning ini ialah, teori ini menganggap bahwa belajar itu
hanyalah terjadi secara otomatis; keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak
dihiraukannya.
Peranan
latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tahu bahwa dalam
bertindak dan berbuat sesuatu, manusia tidak semata-mata tergantung kepada
pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih
dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya.
Teori
conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang.
Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu
saja umpamanya dalam belajar yang mengenai skills (kecakapan-kecakapan)
tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.
Contoh Kasus :
1.
Kasus 1 (kelas B-2)
Penerapan teori ini juga kami temukan pada
pembelajaran yang dilakukan pada kelas B-2.
Dimana kami memberikan kuis-kuis kecil yang dimana kami memancing para siswa
untuk aktif dengan iming-iming permen. Jadi, dengan
adanya kuis-kuis siswa berlomba-lomba untuk menunjukkannya
kemampuannya kepada kami.
Gambar 12.4 menunjukkan siswa yang
sedang berlomba
kemampuannya
4.
Teori Operant Conditioning
(Skinner)
Operant conditing menjamin respon
terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat
membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam
mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan
yang diinginkan.
Prinsip
belajar Skinners adalah :
· Hasil
belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar
diberi penguat.
· Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan
sebagai sistem modul.
· Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan
hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
· Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
· Dalam
pembelajaran digunakan shapping.
Contoh Kasus :
1. Kasus
1 (Kelas B-2)
Dalam
teori ini seorang guru harus memberikan stimulus yang menarik siswa. Untuk bisa
mendapatkan respon yang baik juga. Sehingga, pada kelas yang kami temui,
seorang guru memberikan stimulus berupa hadiah. Hadiah tersebut berupa permen.
Dan hanya diberikan pada siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar.
Dengan begitu, para siswa akan lebih antusias dan bersemangat dalam menjawab
peertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
5.
Teori Conectionism
(Thorndike)
Jadi, proses belajar menurut Thorndike
melalui proses:
1
) trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan
2)
law of effect; Yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu
keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan
dipelajari dengan sebaik-baiknya. Sedangkan segala tingkah laku yang berakibat
tidak menyenangkanakan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah laku ini terjadi
secara otomatis.
Otomatisme dalam belajar itu dapat
dilatih dengan syarat-syarat tertentu, pada binatang juga pada
manusia.Thorndike melihat bahwa organisme itu (juga manusia) sebagai
mekanismus; hanya bergerak atau bertindak jika ada perangsang yang mempengaruhi
dirinya.
Terjadinya otomatisme dalam belajar
menurut Thorndike disebabkan adanya law of effect itu. Dalam kehidupan
sehari-hari law of effect itu dapat terlihat dalam hal memberi penghargaan atau
ganjaran dan juga dalam hal memberi hukuman dalam pendidikan.
Akan tetapi menurut Thorndike yang lebih
memegang peranan dalam pendidikan ialah hal memberi penghargaan atau ganjaran
dan itulah yang lebih dianjurkan. Karena adanya law of effect terjadilah
hubungan (connection) atau asosiasi antara tingkah laku reaksi yang dapat
mendatangkan sesuatu dengan hasil biaya (effect). Karena adanya koneksi antara
reaksi dengan hasilnya itu maka teori Thorndike disebut juga Connectionism.
Contoh Kasus :
1. Kasus
1 (Kelas B-2)
Dalam
teori ini. Penerapannya masih kami jumpai pada kelas yang sama dimana seorang
guru kelas . Guru tersebut terus memacu siswa-siswanya dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan. Meskipun jawaban tersebut salah.
Jadi,
pada kelas ini guru tersebut menggunakan teori trial and error. Jadi, terus mencoba menjawab, sampai jawaban yang
disampaikan siswa tersebut benar.
7. Teori
Systematic Behavior (Hull)
Prinsip
penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari
dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai pada
hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang.
Jadi,
prinsip yang utama adalah suatu kebutuhan atau motif harus ada pada seseorang
sebelum belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang dipelajari itu harus diamati
oleh orang yang belajar sebagai sesuatu yang dapat mengurangi kekuatan
kebutuhannya atau memuaskan kebutuhannya.
Contoh Kasus :
1.
Dalam observasi yang
kami lakukan, belum ada kelas yang menerapkan teori ini. Dimana pada teori ini
seorang guru menyampaikan tujuan ataupun manfaat apabila mempelajari mata
pelajaran tersebut. Sehingga belum ada motivasi yang dilakukan seorang guru
sebelum memulai aktivitas belajar mengajar.
2.
Selain itu, dalam
pengajaran di kelas B-2
ditemukan kasus guru yang memotivasi siswanya dengan cara memberikan pujian
kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar maka guru tersebut
mengucapkan kalimat “YA JAWABANNYA BENAR BOLEH ISTIRAHAT” sebagai motivasi
kepada siswa agar siswa memberikan yang baik yaitu dengan lebih giat belajar
agar bisa menjawab pertanyaan dengan benar.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1.
Proses belajar mengajar dapat dikatakan proses komunikasi
dimana terjadi proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (guru,
instruktur, media pembelajaran dll) kepada penerima (peserta didik, murid)
dengan tujuan agar pesan (berupa topik-topik pelajaran tertentu) dapat diterima
(menjadi milik) oelh peserta didik/murid.
2.
Komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini
adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan
balik yang positif oleh siswa. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus
didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh
seorang guru.
3.
Teori-teori komunikasi yang bisa diterapkan dalam proses
pembelajaran adalah :
a. Teori
Humanistic
b. Teori Konstruktvisme
c. Teori Sibernetik
d. Teori Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)
e. Teori Operant Conditioning (Skinner)
f. Teori Conectionism (Thorndike)
g. Teori Systematic Behavior (Hull)
4.
Efektifitas sebuah proses komunikasi tergantung pada
komponen yang terkait. Semakin baik komponen, gangguan-gangguan akan tereduksi.
Feedback dan respon akan lebih mudah dibangkitkan. Proses belajar mengajar pada
dasarnya merupakan satu bentuk komunikasi yang terjalin antara komunikator
dalam hal ini pengajar yang menyalurkan pesan berupa materi pengajaran kepada
komunikan yaitu pelajar melalui media lisan atau dengan bantuan teknologi komunikasi
lain, sebagai akibatnya pelajar tahu materi yang disampaikan dan
melaksanakannya dan inilah tujuan utama dari
proses belajar mengajar. Kemampuan/keterampilan guru dalam melakukan kegiatan komunikasi akan mempengaruhi proses
yang akhirnya berujung pada hasil. Bukan berarti murid yang cerdas disebabkan
oleh kemampuan guru dalam melakukan komunikasi. Setidaknya murid yang kurang
pandai mampu menelaah pesan/gagasan yang ditransfer dalam proses komunikasi
yang baik oleh seorang guru yang terampil.
B.
Saran
Berdasarkan
latar belakang masalah yang muncul, sampai pada pembahasan beberapa rumusan
masah diatas. Maka diharapkan :
1. Seorang
guru lebih memperhatikan kondisi dan situasi kelas sebelum memulai kegiatan
belajar mengajar.
2. Sebaiknya
seorang guru lebih memahami metode pembelajaran seperti apa yang sesuai dengan
kedaan kelas dan siswanya.
3. Selain
dari segi tenaga pendidik, siswa sehaeusnya juga bisa lebih memperhatikan para
guru mereka.
LAMPIRAN
RANGKUMAN
KEGIATAN OBSERVASI DI TK MARDI RAHAYU / GOW
1.
KEGIATAN
PERTAMA
Dalam observasi
ini ada beberapa kegiatan pengamatan yang kami lakukan. Mulai dari pengamatan
dalam kelas sampai pengamatan di luar kelas. Untuk kegiatan pertama, pengamatan
kami lakukan di luar kelas
karena upacara hari senin.
Di lapangan ini kami mengamati
beberapa hal, ketika proses upacara.
Diantaranya bagaimana proses komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa,
bagaimana keadaan gaduhan lapangan,
aktif ataupun pasif. Kemudian bagaimana suasana di lapangan dan bagaimana hubungan
antara sesama siswa tersebut.
Selain itu, di
sela-sela pengamatan ini, kami juga mengamati beberapa siswa yang tidak mau urut barisan upacara dan maju kedepan
lapangan. Kemudian, tidak hanya siswa tersebut.
Tetapi juga ada beberapa siswa yang masih
berlarian karena susah untuk bebaris.
2.
KEGIATAN
KEDUA
Setelah kami selesai
melakukan pengamatan di upacara tersebut.
Kami melakukan pengamatan di kelas B-1
dan B-2. Hal-hal yang kami amati di kelas ini
hampir sama dengan sebelumnya.
Sebelum
kegiatan belajar mengajar dimulai para siswanya menyanyi bersama lagu wajib
pertama Indonesia Raya,himne Guru dan lagu Tk GOW. Setelah mereka bernyanyi
bersama dengan melakukan gerakan dirijen bersama, mereka membaca doa sebelum
belajar, doa selamat. Semuanya serentak menirukan murid yang ditunjuk untuk
memimpin didepan kelas.
Kondisi
kelas tersebut digabung karena ada dua kelas digabungkan menjadi satu kelas
dengan emnjebot pintu samping. Meskipun dari kelas B-1 anak seorang anak yang
bandel dan tidak menirukan, dia malah asyik bermain sendiri. Setelah selesai
membaca doa mereka menyapa Guru, Kami dan teman-temannya.
3.
KEGIATAN
KETIGA
Setelah
melakukan pengamatan tersebut,kami
mulai mengamati proses belajarnya. Tepatnya dikelas B-2 yang mata pelajarannya adalah
menggambar.
Guru
memberikan lembaran untuk diwarnai,tetapi guru menempelkan gambar tersebut
dipapan dan member arahan warnanya. Dari pengamatan tersebut masih ada siswa
yang waktu diarahkan mewarnai daun dia malah mewarnai bunganya, lalu kami
terjun kepada para siswa dan memberikan arahan kepada mereka. Guru juga
berkeliling melihat pa yang dikerjakan oleh siswanya. Lalu kami meminta ijin
untuk mengadakan kuis kecil dengan hadiah permen. Dalam kesempatan tersebut
kami menguji komunikasi para murid dengan memberikan tantangan seputar
kemampuan mereka.
4.
KEGIATAN
KEEMPAT
Selanjutnya kami
mencoba melakukan wawancara kepada
salah satu guru. File rekaman kami lampirkan pada vcd didalam laporan kami.
5.
DISKRIPSI TK MARDI RAHAYU / GOW
Kami kelompok TK mengadakan observasi di TK
“MARDI RAHAYU/GOW”. Kelompok kami terdiri dari 7 orang langsung terjun ke TK
tersebut. TK GOW berada di kabupaten Jombang. TK tersebut terdiri dari 8 guru
dan 106 murid. Mempunyai empat ruang kelas yaitu A1,A2,B1 dan B2. Dan mempunyai
sebuah ruang kantor untuk kepala sekolah dan guru.